Panu di Wajah
Panu (tinea versicolor) merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Malassezia, jamur yang juga dikenal sebagai Pityrosporum. Sebenarnya, Malassezia memang sewajarnya tumbuh di kulit manusia, namun karena infeksi, jamur ini dapat berkembang dengan sangat cepat sehingga mengganggu pigmen kulit (1). Jamur malassezia merupakan jenis jamur yang paling sering tumbuh di area berminyak seperti wajah, kulit kepala, dan bagian punggung hingga akhirnya menyebabkan panu (1).
Infeksi akibat jamur malassezia ini akan menimbulkan bercak warna yang lebih terang atau gelap pada kulit. Meskipun penyakit kulit ini tidak berbahaya dan tidak juga menular (1), namun karena perbedaan warna pigmen pada kulit, panu akan sangat mengganggu penampilan. Perubahan kulit pada wajah karena panu biasanya sama dengan gejala panu lainnya, yaitu muncul bercak yang berbeda dengan warna kulit (2).
Penyebab Panu di Wajah
Bercak panu di wajah yang biasanya berwarna terang, sering kali tidak akan berubah warna menjadi lebih gelap ketika terpapar sinar matahari. Hal ini disebabkan karena sinar matahari merupakan salah satu penyebab panu di wajah (3). Kondisi lingkungan tertentu seperti panas atau lembab, sistem imun yang lemah, kehamilan, kulit berminyak, dan penggunaan losion atau krim yang tidak cocok dengan wajah dapat mempengaruhi tumbuhnya panu (1).
Dengan kata lain, kulit berminyak, cuaca panas ataupun lembab merupakan faktor penyebab yang membuat kulit lebih rentan terhadap pertumbuhan jamur (1). Karena hal itu, produk skincare yang tidak tepat dapat memicu produksi minyak atau sebum berlebih dapat memunculkan infeksi jamur kulit seperti panu (5). Oleh karena itu, obat panu di wajah diperlukan untuk mengatasi noda kulit yang membandel agar cepat teratasi sampai tuntas.
Penggunaan Krim Antijamur untuk Obat Panu di Wajah
Obat panu di wajah dibutuhkan untuk mengatasi penampilan yang mengganggu. Apabila sudah terlanjur terinfeksi panu, sebaiknya segera diatasi agar jamur dapat terangkat secepatnya. Pengobatan untuk panu di wajah dapat menggunakan krim antijamur yang mengandung bahan aktif Klotrimazol 1%. Bahan ini memiliki kelebihan untuk menghambat pertumbuhan jamur penyebab panu. Dosis penggunaan yang dianjurkan adalah dengan mengoleskan krim antijamur ini minimal sebanyak 2-3 kali sehari selama minimal 2 minggu hingga bebas jamur sampai ke akar (1).
Pencegahan Panu di Wajah
Ada beberapa faktor penyebab jamur kulit kambuh, tidak terkecuali dengan panu. Pengobatan dengan mengoleskan antijamur cukup efektif namun panu tetap dapat muncul kembali terutama ketika faktor penyebabnya masih ada. Oleh karena itu, tindakan pencegahan harus dilakukan. Apalagi, obat panu bisa membutuhkan waktu sampai berbulan-bulan untuk mengangkat jamur sampai ke akarnya (1,2). Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan setelah menggunakan obat panu di wajah agar panu tidak mudah kambuh adalah:
- Rutin membersihkan wajah. Jamur lebih senang tumbuh di kulit yang lembab. Oleh karena itu, membersihkan wajah setiap hari merupakan langkah utama agar jamur penyebab panu tidak mudah tumbuh di tempat yang berminyak dan kotor (2).
- Hindari sinar matahari atau cuaca panas. Dengan menghindari paparan sinar matahari secara langsung, maka Anda dapat menghambat pertumbuhan jamur. Selain itu, jangan lupa untuk selalu menggunakan sunblock untuk menghindari paparan sinar UV terhadap wajah (2).
- Kontrol produksi minyak di wajah. Ada baiknya untuk berkonsultasi ke dokter kulit atau mencari produk yang tepat bagi wajah, mengingat penyakit ini sering menyerang orang-orang yang memiliki kulit berminyak (2).
- Tetap menggunakan obat panu di wajah. Karena panu disebabkan oleh pertumbuhan jamur malassezia yang berlebihan, penggunaan krim antijamur seperti Klotrimazol dapat tetap diterapkan sebagai langkah pencegahan agar panu tidak mudah datang kembali (3).
Selain melakukan saran pencegahan, ada baiknya untuk selalu sedia krim antijamur yang mengandung Klotrimazol 1%. Apablia sewaktu-waktu panu di wajah kembali, Anda sudah punya solusi untuk mengatasinya.
Artikel ini ditinjau oleh:
Tim Konsultan Medis Medical Advisor Bayer Consumer Health Indonesia
Referensi:
Mehdi Karray, William P McKinney. Tinea Versicolor. National Center for Biotechnology Information. Diakses pada 7 Desember 2021 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482500/
Valencia Higuera. What’s Causing White Spot on My Face and How Can I Treat Them? Healthline. Diakses pada 7 Desember 2021 dari https://www.healthline.com/health/skin-disorders/white-spots-on-face
Valencia Higuera. What Is Tinea Versicolor? Everyday Health. Diakses pada 8 Desember 2021 dari https://www.everydayhealth.com/tinea-versicolor/
Michael Lehrer, dkk. Tinea Versicolor (Pytiriasis Versicolor). Cedars Sinai. Diakses pada 8 Desember 2021 dari https://www.cedars-sinai.org/health-library/diseases-and-conditions/t/tinea-versicolor-pityriasis-versicolor.html
AAD Team. Tinea Versicolor: Tips For Managing. American Academy of Dermatology Association. Diakses pada 8 Desember 2021 dari https://www.aad.org/public/diseases/a-z/tinea-versicolor-tips